Pagi yang aneh. Segerombolan anak - anak yang mengambil kelas Aplikasi Intelegensia Buatan pagi itu sibuk berdiskusi. Ya, diskusi, bukan ngegosip! :p Soalnya yang dibicarakan bukan perihal artis mana yang kawin cerai lagi, tapi berita edan tentang diblokirnya beberapa situs oleh Speedy. Alasannnya? Karena dari situs - situs ini (katanya) kita bisa memperoleh film Fitna. This is ridiculous!
Kenapa ini konyol?
1. Sebenarnya sih, film Fitna itu tidak akan seterkenal ini seumpama dia tidak dielu - elukan dan dilarang - larang peredarannya. Sebelum ada demonstrasi konyol menentang film itu, manalah saya tahu ada film bernama Fitna. Manapula saya berminat menonton apa isinya. Bah! Menonton sebulan sekali saja belum tentu, apalagi menghamburkan uang untuk film yang katanya mendiskreditkan agama saya. Lagipula, buat apa sih saya download film itu? Download ebook dan software penunjang akademis saya saja sudah cukup menghabiskan kesabaran saya apalagi download film yang konon menjelekkan agama saya. Cih, yang benar saja. Umpama film itu berukuran 50 Mb... ha, berapa hari yang saya perlukan untuk mendownloadnya dengan Speedy? Plis deh! Berasa bandwithnya gede amat si Speedy ini!
Jadi, kekonyolan nomor satu adalah: semakin Anda memberi publisitas besar pada hal - hal yang Anda tidak inginkan untuk diketahui publik, semakin besar pula minat orang terhadap hal tersebut. Semakin coba ditutupi, semakin bikin penasaran.
2. Jika sebuah pisau dapur digunakan untuk membunuh orang, Anda tidak lantas membredel perusahaan pembuat pisau dapur. Anda tidak lantas menarik semua pisau dapur dari peredaran. Kan kasihan para koki yang ingin memasak... . Nanti pak Bondan tutup usaha karena tidak bisa lagi wisata kuliner, demikian juga semua pengusaha warteg, warung padang, serta teteh warung nasi langganan saya.
Begitu juga, toh yang dilarang film Fitna. Masa' yang diblokir situs komunitas dan search engine? Yang benar saja! Duh... ini susahnya punya pemerintah yang tidak punya "e-leadership". Hehe, saya mengutip ucapan pak Soemitro Rustam dalam kuliah Sosioteknologi Informasi.
Kekonyolan nomor dua: jangan menyimpan film tak betul di hard disk, nanti kalau pemerintah ingin memberantas pornografi, mereka mungkin akan berpikiran untuk menarik semua hard disk dari peredaran!
3. Saya sudah speechless untuk menggambarkan kebodohan kebijakan ini. Tau ah!
Bayangkan.. nanti kami mahasiswa sedang mengerjakan tugas.. sedangkan Google diblokir. Ini skenario yang mungkin terjadi:
Lesson learned number three: jangan kasih tau berita ini ke teman yang punya selera humor rendah sekaligus punya penyakit jantung.
Ah sudahlah... . Makin aneh - aneh saja pemerintah kita ini.
Kenapa ini konyol?
1. Sebenarnya sih, film Fitna itu tidak akan seterkenal ini seumpama dia tidak dielu - elukan dan dilarang - larang peredarannya. Sebelum ada demonstrasi konyol menentang film itu, manalah saya tahu ada film bernama Fitna. Manapula saya berminat menonton apa isinya. Bah! Menonton sebulan sekali saja belum tentu, apalagi menghamburkan uang untuk film yang katanya mendiskreditkan agama saya. Lagipula, buat apa sih saya download film itu? Download ebook dan software penunjang akademis saya saja sudah cukup menghabiskan kesabaran saya apalagi download film yang konon menjelekkan agama saya. Cih, yang benar saja. Umpama film itu berukuran 50 Mb... ha, berapa hari yang saya perlukan untuk mendownloadnya dengan Speedy? Plis deh! Berasa bandwithnya gede amat si Speedy ini!
Jadi, kekonyolan nomor satu adalah: semakin Anda memberi publisitas besar pada hal - hal yang Anda tidak inginkan untuk diketahui publik, semakin besar pula minat orang terhadap hal tersebut. Semakin coba ditutupi, semakin bikin penasaran.
2. Jika sebuah pisau dapur digunakan untuk membunuh orang, Anda tidak lantas membredel perusahaan pembuat pisau dapur. Anda tidak lantas menarik semua pisau dapur dari peredaran. Kan kasihan para koki yang ingin memasak... . Nanti pak Bondan tutup usaha karena tidak bisa lagi wisata kuliner, demikian juga semua pengusaha warteg, warung padang, serta teteh warung nasi langganan saya.
Begitu juga, toh yang dilarang film Fitna. Masa' yang diblokir situs komunitas dan search engine? Yang benar saja! Duh... ini susahnya punya pemerintah yang tidak punya "e-leadership". Hehe, saya mengutip ucapan pak Soemitro Rustam dalam kuliah Sosioteknologi Informasi.
Kekonyolan nomor dua: jangan menyimpan film tak betul di hard disk, nanti kalau pemerintah ingin memberantas pornografi, mereka mungkin akan berpikiran untuk menarik semua hard disk dari peredaran!
3. Saya sudah speechless untuk menggambarkan kebodohan kebijakan ini. Tau ah!
Bayangkan.. nanti kami mahasiswa sedang mengerjakan tugas.. sedangkan Google diblokir. Ini skenario yang mungkin terjadi:
Saya: Oi, Ri, tolong cariin gw software ERP dong, yang open source ya
Teman: Lha, cari aja di Google
Saya: Itu masalahnya, di Indonesia sekarang Google diblokir
Teman: LOL.... -lantas dia mati ketawa karena sedemikian konyolnya kejadian ini-
Lesson learned number three: jangan kasih tau berita ini ke teman yang punya selera humor rendah sekaligus punya penyakit jantung.
Ah sudahlah... . Makin aneh - aneh saja pemerintah kita ini.
3 comments:
kalo yang nomer satu itu istilahnya. :a bad publicity is a publicity after all. disadari atau tidak prinsip ini banyak orang (baca: selebritis) buat naikin karir. haha.
artikel anda sangat menarik dan bagus, artikel anda:
http://www.infogue.com/
http://www.infogue.com/aneh/kalau_google_benar_diblokir/
anda bisa promosikan artikel anda di infoGue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!
Benar bel, klo google diblokir, kegiatan kuliah bisa terhambat, terutama buat cari2 referensi buat T*
Sama Google Calendarnya 2004 ga bisa dipake lagi, sayangkan udah dibikin capek2 >_<
Post a Comment