Akhir – akhir ini saya cukup bersemangat dalam mengikuti perkembangan tim GDK HMIF. Setelah semedi, konstipasi, meditasi, dan diskusi panjang melelahkan sejak bulan Mei tahun lalu, akhirnya tim GDK mulai memiliki gambaran GDK HMIF. Profil kader mulai terbentuk dan karakter – karakter yang dirasa perlu dirumuskan sebagai pedoman pengkaderan di HMIF sudah didapat. We are getting closer to it! Tinggal satu masalah: mencari terminologi yang tepat. Disinilah kami bersepakat untuk merujuk pada kamus atau ensiklopedi agar memperoleh diksi yang baik. Setelah hampir sebagian besar entry kami temukan pada Encarta, kami menemui batu sandungan pada terminologi – terminologi yang “Indonesia banget”, misalnya kata “teladan”. Bersepakatlah kami untuk merujuk KBBI.
Entah kapan terakhir kalinya saya ke perpustakaan ITB sebelum hari ini. Sebenarnya saya bukan seorang yang malas membaca. Namun sungguh kunjungan ke perpustakaan ITB adalah sesuatu yang sangat “awful” bagi saya. Jika bisa, tentu saya akan memilih mencari referensi dari Encarta atau dari mbah Google saja daripada mencari KBBI disini. Karena… ok… saya ceritakan saja.
Berada di perpustakaan ITB serasa berada di parkir basement Bandung Indah Plaza. Langit – langit perpustakaan memang benar – benar mirip dengan langit – langit parkir basement BIP. Belum lagi lorong – lorong suram dan tidak nyaman di lantai dua dan tiga… . Ditambah bau apek buku tua yang terbengkalai dan bertumpuk tak teratur di rak – rak. Research university, anyone? Oh, please!
Sebagai makhluk yang jarang mengunjungi perpus, tentulah saya tidak tahu dimana KBBI terletak. Karena itu, saya merasa perlu mencari papan informasi…. . Dan pada momen itulah saya merasakan duka cita yang amat mendalam sebagai seorang mahasiswa Teknik Informatika ITB. Saya rasa papan informasi di parkir BIP saja lebih informatif dari pada papan informasi yang berada di sayap kiri lantai dasar perpus tersebut. Papan tidak menolong, beralihlah saya ke komputer yang seharusnya berisi katalog buku – buku yang ada di perpustakaan. Guess what? Saya terdampar ke zaman dimana GUI belum ditemukan! Saat sebagian distro linux sudah memiliki antarmuka dengan efek 3D luar biasa, katalog perpustakaan ITB hadir dengan antarmuka setara dengan tampilan BIOS. Ugh! Jangan pula Anda tanyakan reliability hasil pencarian yang diberikan. Search for “KBBI”, no result. Padahal ternyata ada.
Ayolah, saya rasa mau koq itu divpro HMIF dikasih proyekan untuk bikin sistem informasi yang layak bagi perpustakaan ITB kami tercinta, sekaligus mengisi ulang database katalognya kalau perlu. Kalau tidak salah sih sebenarnya HMIF memang pernah punya produk SIP (Sistem Informasi Perpustakaan). Tapi entahlah pernah diajukan untuk diimplementasikan di perpus pusat atau tidak.
Kan katanya ITB mau jadi research university. Masa’ kantin lebih ramai daripada perpus (ada tulisan saya lainnya terkait dengan hal ini disini). Padahal kan tak terhitung berapa buku bagus yang mungkin tersembunyi di lorong – lorong gelap dan bau apek di perpus itu. Saya bukannya tidak bersyukur dan mendambakan perpus yang mewah dan macam – macam. Saya hanya mendamba perpus yang nyaman, bersih, comfortable dan memiliki sistem informasi yang mengindikasikan bahwa kita berada di abad 21 (dan ini toh bisa didapat dengan biaya cukup murah mengingat di kampus ini ada sekelompok mahasiswa IT haus proyek yang harga jasanya nampaknya lebih reasonable dibandingkan dengan memproyek keluar). Betah nanti saya berlama – lama membaca buku, dari Hatta hingga Tan Malaka, dari Pramoedya hingga Emha, dari Halliday hingga Knuth. JK Rowling dan JRR Tolkien mungkin bolehlah ditambahkan. Hehe, mau perpus apa comic corner sih? :D
Eiya, ngomong - ngomong, definisi formal kata "teladan" apa ya? Anyone?