Saturday, September 29, 2007

Satu Tahun

Sebenarnya saya bukan orang yang terlalu peduli dengan tanggal – tanggal. Menurut saya tidak ada itu tanggal baik atau tanggal buruk. Semua tanggal sama baiknya, sebagaimana semua tanggal juga sama buruknya, tergantung bagaimana kita menjalani hari di tanggal itu. Tidak ada tanggal cantik, toh saya juga tidak pernah jatuh cinta pada tanggal! -saya termasuk orang yang menganut “bukan tinta karena titik, tapi titik karena tinta”. apa tuh? cari sendiri deh! :p-

Oleh karena itu saya tidak pernah merayakan tanggal – tanggal secara khusus. Saya tidak pernah menyambut tahun baru secara istimewa. Apa istimewanya tanggal 1 Januari sih? Saya tidak pernah peduli dengan Hari Kartini maupun Hari Ibu, toh di hari lainnya saya juga seperti itu saja kepada ibu saya, tidak bertambah cinta saya hanya karena hari ini Hari Ibu, pun tidak meluntur cinta saya seandainya hari ini adalah Hari Anti-Ibu sedunia. Dan ulang tahun adalah salah satu konsep yang cukup mengganggu buat saya. Hey, bayangkan! Saya punya lebih dari 366 orang teman! Jika untuk membuktikan bahwa saya adalah teman yang baik maka saya harus mengingat ulang tahun mereka, memberi ucapan selamat, dan memberi kado, entah berapa kali dalam sehari saya harus memberi ucapan selamat ulang tahun kepada sekian banyak teman yang saya punya.

Tapi ternyata saya tidak bisa begitu saja lepas dari tanggal – tanggal itu. Sekitar tiga tahun lalu, beberapa bulan menjelang ulang tahunnya yang ketujuh belas, adik saya ultimatum, “awas lo kak kalo sampe ultah gw yang ketujuh belas lo ga inget lagi!” Demikian dua tahun kemudian si bungsu memberi ultimatum yang senada. Heran saya, apa istimewanya sih ulang tahun yang ketujuh belas? Katanya sih usia tujuh belas artinya sudah dewasa. Dewasa menurut apa? Lebih jauh lagi, dewasa itu apa? Tah! Bingung kan?

Lantas demi berlaku adil kepada Ibu (yang ternyata ulang tahunnya hanya berselang seminggu dengan si bungsu), jadilah saya juga memberi ucapan selamat kepada Ibu. Dan supaya Bapak tidak merasa dilupakan sendirian dan karena password laptop beliau adalah tanggal ulang tahunnya, jadilah saya berusaha menghafal juga ulang tahun beliau. Seterusnya semakin bertambahlah daftar orang – orang yang saya hafalkan ulang tahunnya. Tapi tetap saja tidak banyak.

Karena itulah, saya juga tidak ingat kapan tepatnya pertama kali blog ini 'diluncurkan'. Dan saya juga tidak ingin repot – repot mencari tahu (dari log di blogger misalnya) tanggal berapa tepatnya blog ini pertama kali mengudara. Hanya yang saya ingat, bulan September tahun lalu lah pertama kali ada posting di blog ini! Ya..., selagi masih bulan September: Happy Blogging Anniversary!

Setahun merupakan waktu yang sebentar untuk menulis. Dan tulisan saya dalam blog ini masih perlu banyak perbaikan. Karena pada dasarnya blog ini ditujukan untuk melakukan sharing pemikiran antara saya dengan siapapun yang tertarik untuk berbagi, pastinya banyak hal yang perlu saya perbaiki agar isi kepala saya bisa bertransformasi menjadi rangkaian kata, kalimat, paragraf dan tulisan utuh yang baik. Banyak hal yang harus diperbaiki agar siapapun yang membaca dapat dengan 'enjoy' ikut bersama penuturan saya melalui blog ini. Hehe.

Terakhir, karena bulan September ini secara misterius LAN card laptop saya mengalami kerusakan, saya jadi agak jarang online. Oleh karena itu, ada dua tulisan lain yang sudah saya buat yang diluncurkan juga sekarang. Mangga dilihat dua tulisan tersebut:

Liga Italia Spesial Ramadhan!

Beberapa malam lau, saya menyaksikan sebuah acara yang 'lucu' di salah satu stasiun televisi. Bukan, bukan... bukan acara lawak sesungguhnya. Dan sesungguhnya acara itu memang tidak dibuat untuk melucu. Tajuk acaranya kalau tidak salah ada selintas kata - kata 'Ramadhan Bersama XXX' (silakan isi variabel 'XXX' dengan salah satu merk rokok ya!).

Kira – kira bagaimana gambaran Anda mendengar tajuk 'Ramadhan Bersama'? Hmm, mungkin yang terbayang adalah acara sejenis pesantren kilat, atau mungkin taushiah, atau kultum? Ya, sejelek – jeleknya mungkin 'buka bersama' lah ya? Ups! Anda salah! Acaranya ternyata berupa konser band Padi.

Saya salah satu penggemar Padi, percayalah! Tidak fanatik sih, tapi saya hafal discography album mereka. Pun, karena jaman itu saya belum mengenal mp3 bajakan, saya memiliki semua album Padi. Saya suka dengan hampir seluruh lagu mereka, dari yang secadas 'Sobat' hingga se-mellow 'Kasih Tak Sampai'. Dan, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada band ini, saya tetap menganggap acara ini adalah acara yang lucu.

Kenapa?

Karena tidak ada 'nyambung'-nya sama sekali antara sebuah konser dengan momen Ramadhan! Tidak ada hubungannya antara lirik lagu, “Oo sobat, maafkan aku mencintainya” dengan spirit Ramadhan! Tidak ada korelasi logis antara moshing dengan semangat Ramadhan! Dan saya merasa sama sekali tidak melihat satu pun pesan tentang Ramadhan pada acara itu. Lebih baik buang saja embel – embel konser Ramdhan nya! I might enjoy the concert more without that 'Ramadhan things'.

Itulah! Dunia entertainment sekarang seringkali seenaknya memanfaatkan momen. Masih bagus kalau momen tersebut memang masih dimanfaatkan sewajarnya, dalam artian: acara yang dibuat memang sesuai dengan spirit dari momen yang dimanfaatkan. Sebagian besar stasiun televisi mengisi acara sahur dengan acara lawak. Lawak yang tanpa arah dan tanpa pesan sedikit pun! Kalaupun ada hal yang bisa saya ambil paling saya berterimakasih pada Komeng dan Adul yang membuat saya tidak mengantuk saat makan sahur. Stasiun televisi juga memberikan rangkaian sinetron spesial Ramadhan yang sebenarnya minim pesan Islamnya. Hanya paling para tokoh di sinetron tersebut sedikit lebih gemar berucap, 'astaghfirullah' dan 'alhamdulillah' serta di beberapa scene para pemeran wanitanya gemar menggunakan selendang (dan saya tidak melihat selendang sebagai alat untuk menutup aurat), selebihnya? Yang dibahas cinta lagi, cinta lagi!

Demikian, tidak hanya momen Ramadhan yang 'dimanfaatkan'. Momen – momen keagamaan lain pun seringkali dieksploitasi. Demikian juga momen kemerdekaan RI yang semarak diisi aneka ragam konser yang sama sekali tak mengusung nilai nasionalisme. Dasar televisi! Gemar mengkesploitasi momen! Sekarang ada 'Konser Bareng Ramadhan', 'Lawak Spesial Ramdhan', lama – lama mungkin ada 'Kontes Putri Indonesia Spesial Ramadhan! Semua saja pakai istilah spesial Ramadhan! Ga nyambung gapapa!

Tapi saya bersyukur sih masih ada pelaku dunia hiburan yang benar – benar berniat memberi 'sesuatu' untuk momen Ramadhan ini. Apresiasi yang besar saya berikan pada salah seorang idola saya, Deddy Mizwar, yang setia menghadirkan hiburan – hiburan bermutu dan sarat makna. Terhitung sejak dulu ada 'Lorong Waktu', 'Kiamat Sudah Dekat Serial TV', hingga sekarang ada 'Para Pencari Tuhan', Om Deddy masih konsisten dengan pesan – pesan moralnya. Salut buat si Om!

Oiya, terkahir, saya sama sekali tidak berniat menjelekkan citra Padi lho. I'm a fan of them! Dan bagaimana pun saya masih harus berterimakasih bagi para perusahaan rokok yang telah berperan serta dalam memiskinkan ekonomi dan kesehatan rakyat Indonesia dan meberikan 'kompensasi' tidak seimbang berupa mensponsori siaran konser serta siaran langsung liga sepakbola mancanegara. Sudah ah, saya mau nonton Liga Italia Spesial Ramadhan! Forza Juve! :)

Tuesday, August 28, 2007

Sumber Terbuka

Dulu sekali, saya pernah membaca sebuah artikel menarik tentang Bahasa Indoneisa di sebuah blog yang saya sudah lupa alamatnya. Beberapa waktu kemudian, mbak ini menulis hal serupa tapi kaitannya dengan musik disini. Akhirnya tadi malam, setelah membaca tulisan ini, saya membulatkan tekad untuk menuliskan apa yang sudah lama terpendam di kepala saya.

Semakin hari, telinga kita yang orang Indonesia ini semakin akrab dengan bahasa Inggris ya? Coba sesekali mainlah ke labtek lima. Gunakan lift untuk naik ke lantai empat. Di ujung kiri lorong, Anda akan menemukan lab tiga. Disanalah lab khusus bagi mahasiswa yang ingin menggunakan laptop. Kebanyakan mereka, bermodalkan koneksi kabel LAN ataupun wireless, sedang asik browsing, entah sekedar membaca email atau chatting. Tak sedikit pula yang menggunakan lab untuk bermain game online.

Hehe.

Kenapa ya? Bisa banyak alasan. Yang jelas, entah kenapa bahasa Inggris bisa membuat kata – kata yang sesungguhnya janggal jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi terdengar 'keren'. Contoh yang paling umum adalah di dunia musik dan film. Anda tidak terganggu kan dengan judul - judul lagu Linkin Park seperti “Crawling” atau ''Numb”. Coba bayangkan jika kita terjemahkan judul – judul tersebut menjadi “Merangkak” dan “Kaku”. Demikian pula dengan nama – nama band seperti “Funeral for a Friend”, “My Chemical Romance” atau “The Rolling Stones” yang tidak terasa janggal seperti “Pemakaman untuk Seorang Teman”, “Kisah Cintaku yang Berkimia' atau “Batu Bergulir”. Untuk film saya ingin ambil contoh “Original Sin”, jika diterjemahkan jadi “Dosa Asli”, seperti judul film – film murah tak berkelas macam “Ranjang Ternoda” atau “Gairah Membara” saja.

Mungkin itu sebabnya para penyiar radio di stasiun radio yang 'gaul' gemar berbahasa Inggris. Menurut saya, salah satu karir menarik bagi mereka jika pensiun dari profesi penyiarnya adalah menjadi pengajar bahasa Inggris. Terbayang percakapan seperti ini, “Ok class, let's move on to next chapter! This one great chapter is from Stroustroup with The Art of Programming! Check this out!

Makanya saya senang dan bangga sekali dengan tema OSKM 2004 yang saya ikuti dulu. Indonesia banget lah. Peserta dipanggil sebagai “Satria” dan “Srikandi”, lantas panitia disebut dengan “Kawula”. Ada Kawula Rahwana (amarah membawa bencana), Kawula Mandala (aman dan lancar), Kawula Husada, dan Kawula Punggawa (dua yang terakhir saya lupa kepanjangannya). Tema terbagus yang pernah ada di OSKM, saya rasa. Saya iri pada orang – orang yang bisa membuat terminologi bahasa Indonesia yang menarik.... .

Diluar hal itu, menurut saya memang adakalanya bahasa Inggris tidak bisa digantikan. Dalam bidang keilmuan yang sedang saya pelajari misalnya. Jangan minta saya terjemahkan kata “microcontroller” ya. Micro artinya kecil, controller artinya pengatur. Jika microcontroller saya terjemahkan sebagai pengatur kecil, jadi salah dong. Jika diterjemahkan balik bisa – bisa jadi “little manager”. Jika saya terjemahkan sebagai pengatur yang kecil – kecil, ah, susah pula. Biarlah dia tetap kita sebut sebagai “microcontroller” ya.

Jadi rasanya saya tetap harus menginstall beragam library pendukung yang open source agar aplikasi yang saya kerjakan bisa segera selesai dengan bantuan API yang disediakan. Kan sulit jika saya harus menanam (sebagai terjemahan kata install?) beragam perpustakaan (sebagai terjemahan library?) yang sumber terbuka (sebagai terjemahan kata open source). Hehe.

Sudah dulu ah, postingan kali ini sudah cukup panjang rasanya. Oiya, tulisan ini juga saya repost disini. :D

Thursday, August 23, 2007

Yang Penting: Passion!

Akhirnya posting lagi. Ternyata dua bulan terakhir, frekuensi saya menulis di blog ini dan blog yang satunya lagi sangat menurun.

Sekarang sudah hari keempat sejak kuliah semester ganjil berjalan. Akhirnya saya sudah memilih mata kuliah apa saja yang ingin saya pelajari semester ini. Sejauh ini ternyata semuanya mata kuliah yang banyak peminat. Semua mata kuliah yang saya ambil, jumlah pesertanya lebih dari 40 orang. Yang terparah adalah Maninov: 413 peserta! Nampaknya reputasi pak Gede Rake memang sangat luar biasa. Tapi, diantara semua mata kuliah yang saya ikuti sejauh ini, yang paling menarik adalah: DK2148, Tinjauan Huruf. Kenapa? Hmm..., mari kita mulai.

Pagi ini rasanya pertama kalinya sejak berkuliah di ITB saya menjejakkan kaki di wilayah FSRD selain lapangan dan parkir SR. Rasanya gugup. Hehe. Berasa seperti murid pindahan di hari pertama sekolah (walaupun sebenarnya saya tidak pernah sih merasakan jadi murid pindahan). Dan ya, memang suasananya berbeda ternyata di daerah sana. Lebih... apa ya... tak terawat mungkin. Apalagi jika dibandingkan dengan labtek V. Yah, mungkin memang begitu penghuninya, agak cuek dan eksentrik. Mungkin.

Ya, meskipun setelah masuk kuliah beberapa lama, SR yang selama ini hanya saya andai - andaikan sebagai daerah nyentrik ternyata tidak seajaib yang ada di benak saya. Well, setidaknya tidak sampai lihat ada yang memakai jubah sihir dan membawa sapu (emangnya SR itu Hogwarts apa?). Ada sih beberapa hal yang unik seperti:
  • Tidak ada kursi bertangan, khas ruang kuliah, di ruang kelas DKV 2 tadi. Yang ada justru meja - meja beralaskan kertas milimeter block yang dilapisi plastik transparan supaya waterproof. Mungkin minggu depan saya coba ambil screen shot ruang kelasnya.
  • Peralatan kuliah saya sekarang jadi bertambah: kuas nomor 10, pensil berbentuk pipih, kuas 1 inchi, dan cat poster. Haha!
  • Praktikum dengan perintah: "ayo, silakan corat coret kertas koran yang kalian bawa... terserah, coret apa aja.... ."
Diluar sedikit hal tadi, ada sebuah pengalaman menarik yang saya dapat. Bila biasanya para pengajar memberi wejangan seperti, "yang penting belajar itu work hard" atau "yang penting belajar itu work smart" atau yang senada dengan itu, maka tadi saya mendapat wejangan yang berbeda dari pengajar mata kuliah Tinjauan Huruf (duh, masih belum hafal namanya nih). Beliau bilang, "belajar itu yang penting passion-nya!" Hehe! Ya, ternyata memang ada cara pandang yang berbeda ya... . Passion! Hwehehehe.

Friday, August 03, 2007

Mercato pribadi dimulai!!

Mercato alias masa transfer adalah momen yang sangat penting bagi seluruh klub. Salah strategi transfer bisa berakibat fatal bagi perjalanan klub selama satu musim ke depan, dan mungkin selamanya. Lantas apa hubungannya 'mercato' dengan label 'seputar perkuliahan' dong?

Nah, di bulan ini, pertama kalinya sejak saya mencicipi bangku akademis, saya akan punya kesempatan untuk memilih mau mengambil mata kuliah apa! Oh yeah... aroma kebebasan merasuki saya! Rasanya seperti sedang musim mercato kalau lagi main Football Manager.

Semua orang tentu punya strategi mercato sendiri dalam memilih mata kuliah di semester tujuh ini. Ada beragam alasan untuk memilih mata kuliah, seperti:

- Kejar paket A

Tentu sudah sering terdengar kabar bahwa ada beberapa mata kuliah sangat 'generous' dalam memberikan nilai. Untuk mereka yang beraliran 'realis' mungkin akan lebih memilih mata kuliah yang pada tahun2 sebelumnya saat pengumuman nilai hanya terdapat dua jenis indeks: A dan B. Siapa yang tidak tergiur?

- Suka dengan mata kuliah lab tertentu

Ya, tentu ada kecenderungan juga terhadap lab tertentu kan... . Saya sendiri menyenangi pelajaran yang datang dari lab GAIB, meskipun nilai2 saya di mata kuliah2 tersebut tidak bagus. Ada juga yang menyenangi mata kuliah dari lab Basis Data, dari lab SI, dan lain lain. Prediksi saya, akan ada sebuah lab yang mata kuliahnya sepi peminat..., yaitu.. lab.. S***r, ups! Sebut merk... :p

- Melihat dunia luas

Selama kurang lebih dua tahun belakangan, nampaknya habitat bermain mahasiswa IF tidak jauh dari ruang 7602 dan 7606. Rasanya sih hanya ada beberapa mata kuliah yang mengizinkan kita melihat dunia luar: Agama, Manajemen Industri, PPKN, what else? Kuliah pilihan adalah kesempatan! Dari status2 instant messenger akhir2 ini, mata kuliah Manajemen Inovasi nampaknya menjadi favorit. Entah apapun alasannya.

- Kecenderungan terhadap dosen tertentu

Ada apa ya? Entah sih, tapi yang jelas alasan saya memilih mengambil mata kuliah Manajemen Inovasi adalah demi bisa diajar oleh Pak Gede Rake. Kalau bukan beliau yang mengajar, I'll consider to drop this subject.

Oiya, kecenderungan ini juga bisa berarti kecenderungan menghindari lho. Kalau saya sih memang ada nama tertentu yang saya hindari..., tapi tak usah disebutkan di tempat public begini lah ya... .

- Orientasi jauh kedepan

Bisa macam2. Bisa demi mendukung pengerjaan TA. Bisa demi mendukung karir kedepannya -wow! ada ya yang udah mikir segitu? pasti ada sih, yakin-. Bisa demi memudahkan jodoh dan melanggengkan rumah tangga masa depan... Plok! Emang mata kuliah apa coba yang bisa mendukung kaya beginian?!

- Lain lain

Ya, lain lain aja. Banyak lah alasan orang memilih mata kuliah, should I write it all?

Ok, sekarang... saya sendiri masih bingung mau memilih mata kuliah apa. Satu yang pasti jelas: Maninov. Semoga masih Pak Gede Rake yang mengajar. Tendensi ke lab GAIB membuat saya tertarik dengan Sistem Berbasis Pengetahuan. KP pasti diambil. Lalu lalu? Machine Learning, mata kuliah lab GAIB lainnya, nampaknya menarik. Aplikasi Perancangan Berorientasi Objek nampaknya juga. Berapa sks sudah ya? Baru 14 sks. Sebenarnya sih sudah sejak lama saya memendam hasrat untuk mengambil mata kuliah SR: Tipografi. Serius. Bukan karena berharap bisa bertemu dengan lebih banyak makhluk tak berjakun di kelas, lho. I'm not that shallow! I'm just quite fond of art and I find that this 'tipografi' thing may be useful in my field. Steve Jobs once took this subject when he was in college and it is often believed that the early Apple had better fonts because of Steve's experiences on this subject. Tapi nampaknya sulit, khawatir banyak skill dasar yang harus dimiliki untuk bisa survive di mata kuliah ini.

Hmm, apalagi ya? Tiga sks lagi?? Yang jelas bukan TA1. Hehe. Itu nanti saja, di semester 9. Saya berencana lulus Maret 2009. :D

Apa dong?? Ya, nanti lagi lah dipikirkan, toh masih ada beberapa hari untuk berpikir. Santai saja, tidak perlu terburu2. Yang terpenting adalah mengambil pilihan yang bisa saya pertanggung jawabkan. Ini pertama kalinya saya ambil mata kuliah atas keinginan sendiri, jadi tidak boleh ada lagi di semester depan kalimat seperti ini, "I hate this subject!"

Pilih sendiri, tanggung jawab sendiri!

Sunday, July 15, 2007

We fought bravely!*

Ini tentang pertandingan Indonesia vs Saudi Arabia.

Saya memang bukan pesepakbola, sekedar ikut2 main bola saja sih sering. Saya bukan pula seorang ahli taktik, pengalaman melatih saya hanya di Football Manager. Saya hanya seorang penggemar yang ingin menunjukkan apresiasi kepada timnas Indonesia. Oleh karena itu, maaf2 dulu nih kalau sedikit 'uraian' saya ini ternyata agak2 ngawur. Ampun..., saya cuma orang awam. Ampun bang, punten a, ampun mas... . :p

Kita** kalah memang, tapi kekalahan itu tidak membuat saya berkecil hati. Sedih? Jelas. Bagaimana tidak sedih jika tim yang dibela kebobolan di menit terakhir. Tapi saya bangga dengan permainan yang ditunjukkan oleh pemain2 timnas. Kita kalah sih, tapi kita bermain bagus, rapi, dan yang paling penting: penuh determinasi.

Selama hampir sembilan puluh menit, para pemain menunjukkan determinasi yang luar biasa: ngotot. Syamsul Chairudin dan Firman Utina tampil all out. Gol Elie Aiboy merupakan bukti betapa ngototnya Syamsul bermain. Dalam kondisi nyaris jatuh, Syamsul masih sempat memberikan assist yang akhirnya diselesaikan dengan tenang oleh Elie, sekaligus membayar kegagalannya melakukan rebound terhadap tendangan Budi Sudarsono di menit2 awal babak pertama.

Saya hanya bisa mengungkap sekelumit*** statistik saja. Shoot on goal kita tidak sedikit. Begitu pula percobaan tembakan yang meleset. Penguasaan bola semakin meningkat, dari 36 – 64 di awal babak pertama hingga 43 – 57 di akhir pertandingan. Memang timnas masih banyak melakukan 'pelanggaran yang tidak perlu' (and one of those turns to a free kick that costs us our lose), namun kepemimpinan wasit pada pertandingan tadi pun menurut saya perlu dipertanyakan.

Akhirnya masalah fisik pula lah yang 'mengalahkan' timnas. Menit2 terakhir pemain2 sudah kehabisan stamina (meskipun masih menunjukkan determinasi yang tinggi). Dua gol yang kita terima pun lahir dari heading dan kita memang 'kalah postur' dalam hal ini (meskipun masih dibantah, “makanya.. marking yang bener!”).

Saya tidak ingin lebih lanjut menyaingi tabloid2 olahraga, karena kalau harus saingan jelas mereka menang: mereka sudah bertahun2 membuat tulisan tentang penampilan para pemain, jalannya pertandingan, dan lainnya. Makanya, saya cukupkan pembahasan soal segala tetek bengek yang berbau 'analisis pertandingan'.

Saya hanya ingin katakan: saya bangga dengan permainan timnas saat melawan Saudi Arabia. Saya bangga bahwa kita ternyata bisa meladeni tim dengan level piala dunia. Saya bangga bahwa juara tiga kali Piala Asia ini butuh waktu hingga menit akhir untuk membuat gol penentu. Saya bangga bahwa pemain2 timnas bermain ngotot dengan segala kelebihan dan kekurangan yang mereka punya selama nyaris 90 menit pertandingan. Saya masih bisa bilang, “lo ga bisa gampang disini, ini kandang kita!”

Piala Asia 2007 belum berakhir buat kita. Kamis nanti kita melawan Korea Selatan, tim dengan kualitas piala dunia juga (prestasi terhebat Korea Selatan: semifinalis piala dunia!). Melawan mereka tidak akan mudah, tapi mereka juga bukan untuk ditakuti. Ayo timnas, fight bravely! So even if we should lose in the field we don't lose our honor. So even if we should lose in the field, I will still be able to say, “we fought bravely!!”****

--

* sebenarnya saya sebisa mungkin menghindari penggunaan bahasa asing untuk tulisan yang ini, tapi sulit menemukan kalimat yang sepadan dalam bahasa Indonesia untuk membuat kalimat ini tidak terkesan 'corny'

** kata 'kita' dalam tulisan ini sebagian besar digunakan sebagai ungkapan pars pro toto lho...

*** ceile! bahasanya... 'sekelumit' :p

**** alasan yang sama dengan *

***** saya jadi optimis dengan perkembangan sepakbola Indonesia nih melihat perkembangan timnas sekarang, ayo maju terus timnas!!

Friday, July 13, 2007

Sheila on 6!

Wuaduh.. apa nih? Band baru ya? Namanya koq plagiat betul!

Sabar.. sabar.. . Judul diatas sekedar pancingan saja, supaya yang melihat bertanya2 apa kiranya yang bakal saya tulis. Hm.., karena permainan MLM para blogger2, jadilah saya harus menuliskan enam keanehan tentang diri saya. Katanya mbak2 yg men-tag saya, “blog kamu serius melulu sih isinya!” Iya apa? Hehe.

Kenapa saya tulis judulnya begitu, ya supaya Anda tertarik saja. Saya sempat berpikir, “why would people be interested about '6 weird things about Iqbal Farabi', I'm not even a celebrity! :p But maybe they will be wondering about this Sheila on 6!”

Wah, sulit ini! Harus menuliskan enam keanehan diri sendiri... . Hm, dalam hati terkecil pasti inginnya sih tidak mempermalukan diri sendiri dihadapan jutaan pasang mata -ceile! emangnya acara empat mata! ini blog berapa orang sih yang ngunjungin?!- dan biasanya keanehan diri kan membuat kita menjadi tampak 'bodoh' di depan orang lain. Tapi yasudahlah, jatoh jatoh deh pasaran gw! Hehe.

Mari kita mulai:

  1. Saya tidak bisa naik sepeda!

    Ha? Yang bener?! Iya, bener, serius. Saya, Iqbal Farabi, usia 21 tahun, hingga detik ini masih belum bisa naik sepeda. Kalau sekedar naik saja sih bisa, maksudnya ya mengendarai sepeda. Saya nampaknya bisa digolongkan sebagai anak dengan 'masa kecil kurang bahagia'. Maen keluar jarang, maen hujan tidak boleh, anak rumahan lah. Makanya sejak kecil teman bermain saya selain teman2 sekolah hanyalah Sega 16 Bit. Sini, adu main Mortal Kombat sama saya, paling jagoan! Tapi jangan ajak saya balap sepeda ya... . :p

    -it starts getting embarassing-

  2. Saya tidak bisa berenang!

    Ha? Iya, iya, memang ga bisa berenang! Untungnya postur saya cukup tinggi sehingga setiap kali ada acara sekolah yang harus mempertemukan para siswanya dengan kolam renang saya selalu selamat karena saya cukup berdiri saja di kolam, kaki saya bisa menyentuh dasar kolam dan kepala saya masih diatas permukaan air. Hehe.

    -iya.. iya..., kesian amat ini orang! you may think so-

  3. Seandainya boleh dalam agama Islam, saya pasti sudah ber-tattoo!

    Bener, lho! Saya seringkali bertanya kepada orang2, “kalo lo dikasih wild card untuk boleh ngelakuin suatu hal yang sebenernya dosa, lo mau dikasih wild card untuk apa?” Sementara sebagian besar orang menjawab hal2 yang berkaitan dengan seksualitas dan makanan -maksudnya boleh nyicipin makanan/minuman yg haram- untuk pertanyaan tadi, saya akan menjawab, “pasang tattoo!”

    I really want to have a tribal tattoo on my body so bad! Satu saja, yang artistik tapi. Tattoo tribal itu kira2 seperti apa ya..., um, seperti lambang hokage yang ada di komik 'Flame of Recca' lah.

  4. Kadang2 saya berkhayal saya punya sayap

    Halah2, apalagi ini? Eh tapi serius lho, kadang2 saya berkhayal, dengan setting yang selalu di 7606, tiba2 saya meronta2 di bangku saya dan keluar sayap dari punggung saya, “bret!” robeklah baju saya karena sayap yang memaksa keluar dari punggung -dan nampaklah body saya nan ramping dan seksi-. Oiya, ini sayapnya jangan dibayangkan sayap yang bagus seperti miliknya salah satu tokoh di X – Men 3 itu ya. Bukan, bukan macam itu. Apalagi sayap kain macam Superman. Tah pa pa! Sayapnya tuh seperti sayap Pterodactyl. Hahahaha. Khayalan yang aneh kan?

  5. Saya suka sekali memperhatikan orang lain berbusana

    Bukan memperhatikan orang lagi ganti baju lho, jelas bukan. I'm not a pervert! Ya maksudnya saya suka memperhatikan apakah busana yang dikenakan orang2 itu bagus dalam artian: sepadan warnanya, digunakan dalam occasion yang tepat, dan cocok untuk postur orang itu. Terus apa anehnya? Um, anehnya.., saya sendiri sebenarnya tidak terlalu memperhatikan bagaimana saya berbusana! Nampaknya tidak jarang warna baju dan celana saya 'nabrak'. :D

    Oiya, itu utamanya saya memperhatikan bagaimana lawan jenis saya berbusana. Eits. sabar dulu, I'm still not a pervert! Um, menurut saya wanita seharusnya berbusana lebih baik daripada pria. Lho, kenapa? Terserah mau dibilang isu gender atau apa, whatever! Yang jelas saya tetap percaya bahwa Tuhan menganugerahi wanita dengan 'sense of beauty' yang lebih baik: mereka pandai dalam membuat sesuatu menjadi lebih indah. Tulisan kaum perempuan rata2 lebih bagus dan rapi daripada tulisan laki2, perempuan biasanya pandai mendekorasi, ya hal2 semacam itu lah. Harusnya mereka juga pandai dong memperindah diri sendiri, salah satunya dalam berbusana. Oiya, kriteria saya soal berbusana yang indah itu ada dua: bagus -bagusnya seperti yg telah saya deskripsikan diatas- dan santun -baca: menutup aurat!-. Sayang sekali dalam keseharian saya jarang menemukan orang yang berbusana memenuhi kedua kriteria ini. Ada sih, bisa saya kasih linknya malah, tapi tak usahlah, jadi gosip nanti.

  6. Saya suka berkhayal -dan berharap mungkin- bahwa saya punya alter ego

    Seperti yang di buku '24 Wajah Billy' itu lah. Makanya saya sempat membuat sebuah blog lain untuk alter ego saya -tidak ingin saya sebutkan alamatnya disini- supaya bisa menyalurkan emosi2 saya yang lain dalam bentuk tulisan. Tapi akhirnya blog itu terbengkalai juga, haha, mengurusi dua blog ini saja sulit, apalagi tiga! Dalam beberapa komentar di blog orang lain pun saya sempat menggunakan nama lain yang memang saya tugaskan sebagai alter ego yang 'pedas' dan tidak ramah. Hehe. Yang merasa blognya pernah saya komentari sebagai alter ego yang lain, please don't reveal it here, ok? I beg you... .

Oiya, tapi ini saya mau protes sama yang membuat permainan ini pertama kali, kenapa enam keanehan sih? Bukannya biasanya angka yang unik itu angka '7' ya? Mulai dari 7 wonders, jumlah nada -tanpa menghitung nada kromatik- ada 7, snow white and 7 dwarves, surga ada 7 macam, neraka ada 7 macam juga, Boeing 747 -mulai ga nyambung-, Sheila on 7, Blink 172, SUM 71, Greenday 77, Seven and the Coconut Tree -udah, udah, dah mulai ga bener nih-, pokoknya biasanya mah angka '7'! Kenapa ini tiba2 angka '6'?

Oiya, terakhir, saya harus tag enam orang lain ya? Berdasarkan ide brilian dari Ibu Upik, saya akhirnya memutuskan untuk men-tag DE saja. Katanya sih DE sekarang orangnya serius2 -padahal kita imut2 koq-, nah makanya ini coba mengurangi image tersebut. Here it goes:

  1. Ahmad Zamakhsyari Siddiq

    Si danlap swasta ini, pingin tau kan apa keanehannya!!

  2. Raymond Ralibi

    Lha ini lagi orang, daripada mengurusi KP Tower saja, ada baiknya saya menambahkan pekerjaan buat Ibi.

  3. Lovinta Happy

    Dengan men-tag Vinta rasanya saya sedang memastikan bahwa semua anggota divisi gosip yang lain akan kena tag juga, termasuk tiga DE lainnya yang membelot ke divisi gosip: Alsa, Syiva dan Inay.

  4. Fajar Dwi Anggara

    Ini mas Angga agak kalem sekali orangnya. Sekali2 berbagilah keanehan sama kita2.

  5. Dwinanto Cahyo

    Ya, sebagai ketua divisi yang paling mudah disinyalir sebagai divisi yang serius, bung Nanto harus menjawab tantangan enam keanehan ini! -padahal bung Nanto rasanya tidak seserius yang diberitakan di aneka infotainment dan tabloid gosip-

  6. Catur Wirawan

    Catur yang sedang belajar bersabar ini

Saturday, June 30, 2007

Final Imagine Cup 2007 Indonesia: penyelenggaraan luar biasa buruk untuk karya - karya luar biasa bagus

Pagi tadi saya datang ke final Imagine Cup 2007 untuk Indonesia dengan niat mendukung teman2 IF yang berlaga disana. Dari 14 tim yang masuk final, dari IF ITB ada 5 tim kalau tidak salah. Dan konon kabarnya, dari 5 finalis yang tersisa untuk besok, 4 diantaranya dari IF ITB. Banggalah dengan kakak2 kelas saya itu. Hade lah!

Oiya, Imagine Cup ini adalah sebuah kompetisi yang diadakan oleh Microsoft secara besar2an di berbagai negara. Final untuk tingkat internasionalnya sendiri akan berlangsung di Korea Selatan.

Datang pertama kali saya langsung bingung. Oleh seorang alumni saya diberitahu bahwa tempatnya ada di gedung pos di jalan Banda. Turunlah saya disana...

-sing...-

Koq sepi? Tak satupun spanduk atau baligo bertuliskan "Imagine Cup" terpampang. Saya salah tempat jangan2! Beruntung bertemu seorang teman, Feri (IF05), yang meyakinkan saya, "iya kak, emang disini koq tempat final Imagine Cup," katanya. Ah, tah pa pa Mikocok ini! Sudah kehabisan duit mereka rupanya? Pasang satu spanduk saja tak mampu! Pasar Seni ITB 2006 lalu saja rasanya lebih dari ini publikasinya.

Di tempat eksibisi pun saya masih terheran2. Bukan apa2, karya2 yang dipamerkan para finalis menurut saya luar biasa. Sungguh. Empat belas finalis yang ada menunjukkan effort yang luar biasa dan karya yang hebat. Tim Borobudur misalnya, memamerkan software "Guru", sebuah software yang memungkinkan penggunanya untuk merasakan environment virtual dan melakukan interaksi dengan lingkungan virtual tersebut. Dalam demonya, bung Victor menggunakan sebuah google, glove dan joystick. Apa yang dilihat bung Victor dengan googlenya ditampilkan ke sebuah layar. Setiap bung Victor memalingkan muka, maka layar pun bergeser mengikuti pandangan bung Victor di lingkungan virtualnya. Hebatnya lagi, jika tangan yang menggunakan glove bergerak, tangan yang ada pada layar mengikuti gerakan tangan yang asli. Lantas Victor pun menyentuh objek2 pada lingkungan virtual (pada demo tadi berupa tata surya) seperti Tom Cruise di film Minority Report yang mengotak atik layar dengan tangannya. Keren lah! Makanya sampai sekarang saya tidak habis pikir kenapa tim ini gagal melangkah ke lima besar.

Adapula karya dari tim ABC yakni software "Aksara". Menurut saya, software ini yang paling solutif untuk masalah yang diajukan pada Imagine Cup kali ini: imagine the world where technology enables better education for all. Software ini adalah software untuk mengajarkan baca tulis dan berhitung. Yang hebat dari Aksara ini adalah software ini nampaknya tidak membutuhkan supporting hardware yang wah dan high end -tidak seperti windows vista!! banyak makan resource dan menuntut spesifikasi tinggi!-. Artinya, kesempatan software ini untuk dirasakan oleh banyak orang lebih besar, sesuai dengan temanya: better education for all. Padahal, teknologi software yang mereka gunakan tidak kalah hebat, sejauh pengamatan saya ada speech recognition dan handwriting recognition. Keduanya bukan teknologi sederhana, lho!

Tapi lagi2, penyelenggaraan yang buruk membuat karya2 ini jadi mubazir. Saya bertanya2, "siapa sih sasaran eksibisinya?" Karena sejauh saya lihat yang mengunjungi eksibisi ini ya teman2 sesama anak IF ITB saja. Apa kabar publikasinya? Meskipun ternyata publikasinya berhasil, saya meragukan kapasitas ruang eksibisi untuk menampung banyak orang. Sebagai perbandingan, untuk 14 tim peserta, panitia hanya menyediakan ruangan eksibisi yang tidak lebih besar dari sekre 2 HMIF. Tah pa pa! Padahal di acara ini banyak teknologi hebat buatan mahasiswa Indonesia yang dipertunjukkan! Sayang sekali hanya segelintir orang yang bisa menikmati eksibisi ini.

Yah, dasar Mikocok! Bikin acara gini aja ga bener, kek mana kalian bikin software!!! Hehe, buat pendukung Mikocok sori sori nih ya! Hidup open source!! Tapi tahun depan saya bakal ikutan Imagine Cup, pingin jadi juara dan ketika speech bisa bilang, "hi.. I'm a winner, yet I use Ubuntu on my desktop!"

Monday, June 25, 2007

Mau Nonton Piala Asia....

Sebelum event Piala Asia ini, saya baru dua kali menonton pertandingan sepakbola langsung di stadion. Dimana lagi kalau bukan di senayan -terimakasih saya pada bung Karno yang dengan gilanya membangun stadion ini disaat bangsa kita dulu sedang melarat2nya, kalo ga dia bangun belum tentu bakal ada stadion semegah ini di Indonesia-. Keduanya partai timnas.

Melihat pertandingan Indonesia - Oman kemarin malam, saya jadi ingin lagi menyaksikan partai Piala Asia secara live di stadion. Lupakan soal penalti yang gagal, lupakan soal gol spektakuler pemain Oman yang membuat kita kalah 0 - 1, sebenernya menurut saya permainan timnas sudah bagus. Saya memang orang awam sih soal sepakbola: pengetahuan soal taktik, skema permainan, dll, hanya saya ketahui dari FM. Tapi permainan timnas semalam sudah enak ditonton, koq -lagi2 dari kacamata orang awam-. Rasanya sih, timnas sudah bisa memainkan pola 4-3-3 dengan baik. Seandainya Ponaryo dimainkan lebih awal, bukan tidak mungkin ceritanya berbeda. Tapi memang seharusnya Ponaryo tidak diturunkan penuh semalam, nanti dia cedera lagi, repot kita!

Nah, buat siapa saja yang ingin menonton langsung Piala Asia di stadion, saya ingin share sesuatu nih. Sebaiknya ke stadion pada partai yang kemungkinan timnas menangnya besar saja. Pertama kali saya ke stadion, saya menyaksikan Indonesia - Kamboja di pra piala dunia kalau tidak salah. Timnas yang saat itu memang jauh lebih superior dibandingkan Kamboja menang telak 8 - 0. Senangnya bisa menyaksikan goal glut langsung di stadion. Aman. Semua senang. Semua tertib.

Kali terakhir saya ke stadion, saya menyaksikan Indonesia - Singapura di ajang sea games kalau tidak salah juga. Menjelang babak pertama usai, timnas tertinggal 1 - 2. Guess what? Benda2 mulai beterbangan: dari mulai botol air mineral yang diisi dengan air... -you know what, I don't want to describe it further- hingga mercon. Wuih, serem lah! Akhirnya, pada masa istirahat babak pertama saya pulang!

Karena timnas nanti satu grup dengan Arab Saudi, Korsel dan Bahrain, kemungkinan saya hanya menonton langsung Indonesia - Bahrain saja. Meskipun berharap banyak pada timnas, namun diatas kertas kan memang Arab Saudi dan Korsel masih lebih superior dibanding kita: mereka tim kaliber piala dunia, lho! Dan suporter kita memang masih buruk mentalitasnya dalam menerima kekalahan.

Oiya, tapi agak kecewa nih dengan publikasi Piala Asia 2007. Kalah gaung dibanding PRJ dan Pilkada. Padahal, kalau saya adalah calon gubernur di Pilkada Jakarta, pastinya saya gunakan ajang ini untuk medium kampanye juga! Haha. Just a thought.

Ayo timnas!! Berikan kami permainan terbaik!

Saturday, June 16, 2007

Wonderkid

Cukup lama juga sejak saya terakhir posting panjang2. Hehe. Ternyata berakhirnya UAS tidak kunjung juga memberi waktu luang buat saya karena Kerja Praktek langsung dimulai. Pagi KP, malam urusan2 lain... tertundalah terus 'hasrat' untuk menulis di blog lagi.

Ok, sesi curhat selesai. It's writing time!

Awalnya dari suatu kebetulan bisa punya sesi ngobrol2 via ym dengan mbak ini, saya jadi teringat dengan ide yang sudah lama terpikir tapi jarang saya kemukakan. Tentang wonderkid. Apa tuh?

Waktu kecil dulu, katakanlah waktu masa2 sekolah dasar, pasti selalu ada anak yang menjadi wonderkid di mata para guru dan para orang tua murid. Anak seperti ini biasanya adalah mereka yang langganan juara kelas, pandai matematika, dan hal2 semacam itu. Seingat saya, kebanyakan hanya mereka yang menonjol dalam bidang akademis lah yang mendapat highlights dari para orang dewasa. Jarang orang tua teman2 saya dahulu membanggakan anaknya yang pandai bermain basket atau jago bermain musik. Jarang sekali.

Menurut saya, masyarakat kita masih sangat mengagungkan kecerdasan kognitif dan logika semata. Masyarakat nampaknya masih belum menerima ide tentang multiple intelligence: setiap orang memiliki field masing2 yang mereka jenius di dalamnya. Saat saya kecil dulu rasanya saya seringkali didoktrin oleh orang2 dewasa di sekitar saya dengan ajaran 'jadilah-pintar-supaya-kaya'. Seolah tidak ada ruang lain selain mengembangkan kecerdasan kognitif dan logika. Contoh nyata: sudah jadi rahasia umum bahwa persepsi orang bahwa anak yang pintar adalah anak2 yang masuk jurusan IPA di sekolah menengah atas. Tidak ada apresiasi yang cukup bagi mereka yang berada di jurusan IPS apalagi Bahasa.

Padahal memang seharusnya tidak semua orang berbakat dalam bidang kecerdasan kognitif dan logika sebagaimana tidak seharusnya semua orang jago bermain sepakbola. Setiap orang diberi anugerahnya masing2 oleh Tuhan. Dan kenyataannya, hanya 20% dari komunitas lah yang sebenarnya diberi anugerah dalam hal kecerdasan kognitif dan logika -ini sungguh2 fakta, saya dapat dari salah satu paper yang saya rujuk ketika hendak mengikuti Imagine Cup beberapa bulan lalu-. Oleh karena itu tidak seharusnya semua orang berbondong2 menyerbu universitas untuk menjadi akademisi. Sebagian jadilah pesepakbola supaya negara kita bisa masuk piala dunia; sebagian lain jadilah sutradara hebat supaya perfilman dan pertelevisian kita tidak melulu dibanjiri film2 sampah berbau mistis, takhayul dan pembodohan massal; sebagian lain jadilah komikus dan buat komik2 Indonesia supaya anak2 kita tidak jadi badut2 penggemar cosplay dan bertransformasi menjadi separuh Indonesia dan separuh Jepang; sebagian lain jadilah musisi, jadilah penulis, jadilah apa saja.... .

Lebih lucu lagi, saat sekarang saya sudah dewasa ternyata saya mendapati bahwa doktrin 'jadilah-pintar-supaya-kaya' itu tidak benar. Banyak orang2 pintar yang saya lihat kemudian menjadi 'buruh berdasi' dan menyesaki industri2, diupah oleh orang2 luar negeri. Orang2 pintar lainnya menjadi akademisi, setia mengabdi, menurunkan ilmunya kepada pemuda2 penerus bangsa dengan gaji yang bikin saya mengelus dada.... . Orang2 pintar lainnya lari ke luar negeri karena disana kecerdasan mereka lebih dihargai. Ah, tah pa pa! Di negeri saya berita tentang Ariel Peterpan pisah ranjang bisa bertahan satu minggu hilir mudik dari satu infotainment ke infotainment lainnya sedangkan berita tentang tim olimpiade fisika menjadi juara dunia cukup numpang lewat di salah satu harian nasional, itu pun cukup seperempat halaman saja.

Jika saya memiliki anak nanti, jika dia bilang ingin jadi pesepakbola -dan jika saya punya cukup uang untuk membiayai- maka saya kirim dia ke Itali sana, belajar sepakbola yang bener di akademi2 sepakbola disana. Kan lumayan, siapa tahu bisa jadi pemain Indonesia pertama yang merasakan gelar juara liga Champions. Hwehe. My wonderkid is not only a kid with a great IQ, it's any kids with whatever gift God gave them.

Tuesday, June 12, 2007

Dimana lagi kalau bukan di ITB?!!

Gila ya!

Dimana ada tempat yang:
- organisasi mahasiswa harus hidup, tapi perekrutan kader baru dilarang setengah mati
- mahasiswa diharap rukun, tapi penyambutan mahasiswa baru dilarang ga habis habis
- supaya aman maka kendaraan mahasiswa harus bersih dari kampus setelah pukul enam sore dan jika ada kendaraan yang terperangkap di tempat parkir lebih dari jam itu maka kendaraan tersebut tidak dijamin keamanannya
- supaya tertib maka kendaraan mahasiswa jangan parkir di dalam kampus, parkir saja di gerbang depan sana biar sekalian semwarut ga karuan!
- komandan satpam yang outsourcing itu digaji 6.5 juta per bulan, jangan tanya gaji dosen berapa, nanti kamu jadi ga kepingin jadi dosen ITB!

Sakit!

Heran gw, rezim pak Djoko ini ga ada habis habisnya bikin peraturan yang membuat logika gw jungkir balik.

(mode emosi-pisan-sampe-pingin-menendang-sesuatu on)

Friday, May 04, 2007

Saya benci hp!

Di sela pengerjaan tugas PPL yang semakin genting dan semakin memusingkan -I'm so confused with this 'MVC with PHP' things!-, saya memutuskan untuk refresh sebentar dan menulis seusatu yang sudah sangat ingin saya tuliskan di blog ini sejak lama.

Ide soal 'saya-benci-hp' ini sebenarnya sudah cukup sering saya obrolkan dengan teman - teman dalam banyak kesempatan, tapi kemudian teringat kembali karena kejadian beberapa hari lalu. Ceritanya, saya sedang menanti transfer bulanan dari babe. Pada hari sebelumnya saya sudah meminta beliau segera mentransfer uang bulanan kepada saya. Pada hari H, sekitar pukul 11.00, saya menerima sms, "bal, no rek iqbal berapa? papa mau transfer nih". Dung! No rekening tersebut hanya ada di hp saya yang rusak dan di buku tabungan saya yang keduanya ada di kos!

Saya benci hp!

Lho, kenapa? Apa hubungannya?

Karena menurut saya, gara gara hp orang jadi meremehkan janji. Maksud? Seperti contoh kejadian transfer saya tadi, ayah saya nampaknya beranggapan, "ah, nomor rekening iqbal ditanyanya besok aja lah pas mau transfer". Atau mungkin Anda juga sering berjanji dengan orang lain, "ketemuan hari senin jam berapa?" atau "ketemuan di Ciwalk dimananya?" dan mendapat jawaban, "ntar aja gw sms!"

Buat saya, akhirnya hp jadi menyebalkan karena banyak sekali orang yang kemudian mengecilkan janji. Contoh diatas baru contoh tentang peremehan detil janji seperti tempat dan waktu. Tak jarang pula justru janjinya sendiri yang diabaikan. Misal, "minggu depan kumpul lagi di jam dan tempat yang sama," namun pada tempat dan waktu yang dimaksud ternyata orang orang yang Anda undang tidak hadir dan esoknya memberikan alasan, "sori, kemaren gw kira ga jadi, bis ga ada jarkomnya sih..."

Saya sendiri juga pernah melakukan hal hal diatas. Makanya, sekarang saya selalu mengatakan begini saat membuat janji, "defaultnya kita kumpul minggu depan jam sekian, kalo ga ada jarkom berarti kumpulnya jadi!" Pulsa itu mahal bung! :p

Ok, that's it. Time to back to work.

Tuesday, April 24, 2007

Tamansari Enam Dua

Di kampus saya, sebagian orang teriak "tidak ada keterwakilan...."
tapi tak juga kunjung mengirimkan wakilnya

Di kampus saya, orang lainnya teriak "tidak legitimate!"
namun tak juga hendak memberikan kepercayaan yang bisa melegitimasi

Di kampus saya, sebagian orang sangat kritis di dunia maya
hanya sedikit yang saya lihat batang hidungnya di dunia nyata

Di kampus saya, sebagian Bapak berkata "kemahasiswaan kita koq sepi"
sementara kebijakan Bapak lainnya seolah ingin kemahasiswaan kita mati

Di kampus saya, seorang Bapak bikin latihan kepemimpinan dengan dana gila gilaan
seolah tidak ada organisasi kemahasiswaan yang bisa bikin latihan kepemimpinan
seolah tidak ada organisasi kemahasiswaan yang butuh dana kemahasiswaan

Di kampus saya, sebagian orang datang, kuliah, pulang
seraya bilang, "di MIT toh tidak ada kemahasiswaan!"

Di kampus saya, sebagian besar orang
bercita cita bisa kerja di Schlumberger, Microsoft, dan aneka perusahaan asing lainnya
baguslah... supaya cepat kaya

Di kampus saya, contek mencontek adalah hal biasa
IP adalah segalanya, moralitas itu nanti, entah nomor berapa

Kampus saya katanya Indonesia mini
oh...
pantas saja Indonesia tidak pernah maju....

24 April 2007, Bandung
-poem by Daron-

Friday, April 20, 2007

Waktu ku kecil.....

Selasa malam lalu, kebetulan gw lagi di kos. Gw bilang kebetulan karena memang biasanya selasa malam adalah malam mengerjakan tugas grafika di rumah bang Yov. Boleh dibilang, selama semester enam ini tingkat kehadiran gw di kos pada selasa malam sama jarangnya dengan gerhana bulan. Hehe, blbh* banget yak. Nah, selasa malem itulah gw mengalami kejadian yang biasa sih tapi cukup lucu juga kalo dipikir pikir.

Kejadian pertama adalah saat tiba2 bu kos mengetuk pintu kamar Jarwo, temen kos gw. Gw dan Jarwo yang sedang asik ngobrol pun menghentikan obrolan kami yang asik -ga penting!-. Bu kos ternyata menanyakan sesuatu pada kami alih alih menagih bayaran listrik bulan ini. Apa yg ditanya bu kos? Ternyata eh ternyata....

"Apa pengaruh televisi terhadap budaya Indonesia?"

Gw agak bingung sih. Tiba2 koq si ibu nanya begitu... . Jangan2 arwah bang Avi merasuki ibu... . Padahal bang Avi masih baik2 aja setau gw. Ternyata eh ternyata lagi, pertanyaan tersebut adalah salah satu pertanyaan pe er anak beliau yang masih kelas 4 SD.

Ok, sebelum lanjut, gw ceritain dulu cerita keduanya... . Ceritanya beberapa jam setelah kejadian bu kos tadi, anak2 lagi pada kumpul di kamar Ibean, teman kos gw yang lain. Gw baru masuk langsung disodorin sebuah gambar -ntar gw upload- dan mereka nanya," maenan gini dulu di tempat lo namanya apa?" Gw agak lupa namanya -karena belum gw upload jadi ga bisa nerangin-, intinya mah itu permainan anak2 kampung yang sering kita mainin waktu jaman kita kecil dulu. Tentunya gw maen dengan temen sekampung gw dan anak2 kosan maen dengan teman sekampungnya, bukan kami main bareng.

Gw jadi kepikiran sih....

Perasaan mah dulu gw masih sempet ngerasain maen galasin, maen bentengan, maen ball boy -di tempat lo namanya apa?-, maen petak umpet, ya.. maenan ngampung lah. Masalahnya emang waktu dulu gw masih blom ngenal PS2 dan sega atau super nintendo yang ada waktu itu masih belum memiliki game2 yang sedemikian racunnya seperti DotA ato FM. Game elektronik yang paling keren pas gw kecil rasanya sih ya Mortal Kombat lah.. . -koq pake K sih? bukannya C ya? ya gitulah-

Lha, terus kenapa? Apa masalahnya kalo anak2 sekarang lebih seneng maen Winning Eleven ato Grand Theft Auto? Apa masalahnya kalo maenan ngampung dah ga berkembang?

Ya... ga masalah sih. Masalah ding. Gw emang bukan pakar soal psikologi, jg belom pernah bikin research soal apakah maenan ngampung sudah ditinggalkan oleh anak kecil jaman sekarang, tapi gw pengen utarakan pemikiran gw aja.

Menurut gw ya, permainan2 ngampung tuh banyak 'pembelajarannya' sebenernya. Baik itu pembelajaran fisik maupun mental. Contoh? Maen karet jepang -di tempat lo namanya apa?- ato maen galasin tuh ngelatih agility banget. Bandingkan dengan maen WE yang hanya merusak kontur jari jempol dan membuat pegal setelah berdiri kembali dan membuat mata perih setelah kelamaan maen dan .... -koq jd banyak- . Misal lagi, pas maen ball boy atau bentengan, kita secara nggak langsung belajar 'teamwork' saat maen itu dimana sebagian dari tim kita di'umpankan' ke lawan dan sebagian lagi mencoba memegang benteng lawan. Kita tentu nggak sadar waktu kecil bahwa kita lagi belajar 'teamwork' -dan belajar mengumpankan orang lain ke dalam kesulitan sementara kita menikmati kemenangan.... kalo ambil sisi jeleknya....-. Bandingkan dengan maen game elektronik yang banyak banget sekarang, yang paling banyak dimainkan berdua. -WE di kosan saya sih bisa berdelapan!- Wah... sayang euy. Cuma dapet maennya doang, syukur2 kalo ga jadi keranjingan. Seenggaknya sih gw belom pernah inget tuh jaman gw kecil ada yang keranjingan maen petak umpet yang sampe malem ga tidur2 maen terus.

Itu satu hal.

Nah, disambungin dengan pertanyaan ibu, gw jadi inget juga dulu tuh waktu kecil idola gw ya Bondan Prakoso -si lumba lumba- dan Enno Lerian. Koleksi kaset gw tuh OST Kesatria Baja Hitam dan albumnya Susan dan Kak Ria. Tiap ke jalan dari kosan ke kampus, gw selalu lewat SD Plesiran, and guess what? Anak2 SD tersebut fasihnya ngelantunin lagu2 Radja, Ungu dan Peterpan... !

Kasian anak jaman sekarang ya... ga punya idola anak2 juga. Apa jadinya kalo dari kecil kebiasaan denger lirik, "berikan aku ciuman pertamamu...." ? Syair lagu yang gw inget waktu kecil mah "Susan.. susan... susan..., besok gede mau jadi apa?", sebuah pertanyaan yg belom bisa dijawab oleh sebagian besar orang seusia gw bahkan, have you?

Hubungannnya dengan pertanyaan ibu kos? Ya menurut gw, stasiun2 tv sekarang gagal dalam memegang peran media massa sebagai sarana edukasi. Gimana ceritanya coba, film jomblo yang kategorinya 'adult' -menurut gw- siaran ulangnya hari minggu jam 1 siang! Gimana ceritanya juga anak2 disuguhin SmackDown! Intinya sih makin kesini gw liat televisi makin lupa bahwa dia adalah bagian dari media massa yang punya peran untuk menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Televisi yang dulu gw tau singkatannya sebagai televisi pendidikan -sensor ah, ntar kesebut merknya dong- sekarang lebih marak dengan sinetron kacrut ntah pa pa.

Gw ga sedang bilang bahwa apa2 yg gw alamin pas kecil tuh udah oke abis. Setelah gw telaah juga, perasaan dari gw kecil gw selalu diajarin bahwa membasmi kejahatan tuh harus dengan kekerasan sebagaimana Kotaro Minami mengalahkan Gorgom dengan 'Pedang Matahari'nya. Gw cuma kepikiran..., rasanya makin kesini makin parah aja ni sobat2 kecil kita.

Makanya gw suka seneng kalo nonton acara 'Bocah Petualang'. Wah, masih ada ya ternyata yang masa kecilnya adventurous! Syukur lah.

Hal terakhir yang kepikiran lagi ma gw, koq bisa ya anak kelas 4 SD dikasi pertanyaan "apa pengaruh televisi terhadap budaha Indonesia" ? Susah banget ga sih untuk ukuran anak kelas 4 ditanyain gitu? Ck ck ck ck. Yah, toh gw jg nggak ngerti teori pendidikan kan... .

Okelah.. . Puas gw sempet posting lagi. Akhir2 ini gw sering ga bisa masuk blogger entah kenapa.


--
Vocab
blbh = berlebihan, kosakata yang digunakan anak IF 2004 terutama setelah mengenal mata kuliah grafika... hehehe

Saturday, April 07, 2007

Jusuf Kalla ke Kampus Sayah!

Yuh... akhirnya sempet posting lagi.

Sebenernya sih, hari2 ini harusnya banyak kesempatan kosong untuk posting, soalnya libur panjang gituh! Tapi masalahnya kamis kemarin saya harus ke Jakarta, ke Bekasi sih sebenernya, ambil laptop babe. -kebutuhan saya akan laptop tiba2 sedemikan besarnya sekarang- Nah, di rumah itu akses ke internet justru sulit, ga ada AI3* gituh! Menggunakan telkomnet instan adalah pemborosan!

Ok, that's not what I wanted to talk about. Yang menarik adalah apa yang terjadi sekembalinya saya ke Bandung 'FO City'. Saya tiba di Bandung sekitar jam 12 siang. Tiba di kos, saya ngobrol2 dulu dengan teman kos dan meninggalkan ponsel di kamar. Well, setelah sekitar satu setengah jam ngobrol, saya kembali ke kamar dan mendapati ponsel penuh dengan missed call dari bu Senator HMIF dan bu Upik. "Bal, ke kampus, kahim2 diminta ngumpul, kampus chaos gara2 kedatengan wapres". Weleh weleh... ada apa ni?

Ok, sudah terlalu banyak kronologi, kita bahas ga kronologis yah. Ternyata eh ternyata, kedatangan sobat kita, Jusuf Kalla ini, menimbulkan polemik. Apa tuh? Kampus ditutup!

Lha, koq jadi polemik? Bukannya agak wajar ya kalo ada sterilisasi area ketika ada kunjunga 'orang penting'? Nah, itu! Disini saya mau bahas.

Pertama, emang wajar sih sebenernya kalo ada 'orang penting' dateng trus ada sterilisasi area. Ya, kan nggak sedikit orang yg mau melakukan 'yg tidak tidak' sama 'orang penting'. Kesian ya 'orang penting'? Yang jadi masalah....

Satu: anda salah memilih kampus pak JK! Hehe, saya ga tau dulu pak JK kuliah dimana, tapi kayanya mah bukan di kampus ini. Di kampus yang mahasiswa2nya masih ada yg menganggap 'kampusku rumahku'. Ya, makanya mahasiswa2 yg berumah di kampus ini pun pada sewot... . Walah, lagi asik2 main pingpong di himp koq dievakuasi. Engga ding, main pingpong mah ga penting. Yang masalah adalah banyak agenda lain yang terkorbankan. Ya yang ujian lah, yg ada kompetisi UATM lah, yg ada rapat asisten lah, macem2 deh.

Duile.. segitunya! Kan agenda pak wapres pasti penting, berkorbanlah.... .

Iya bener sih, agenda pak wapres selaku orang penting pasti juga lebih penting dari sekedar UTS, rapat asisten, ataupun maen pingpong di himp. Nah, yang lebih bermasalah sebenernya soal mekanismenya.... .

Saya inget banget ketika suatu kali HMIF mengadakan temu akrab di parkir labtek v. Kita tutup deh tuh parkiran. Nah, disitu juga temen2 panitia dapet 'teguran' dari lovely bu Inge. Inti dari teguran beliau adalah supaya lain kali kalo mau ada kegiatan yang menggunakan fasilitas umum atau menyebabkan akses orang lain ke sebuah fasilitas umum terganggu, mbok ya kasih pemberitahuan dari jauh2 hari. Minimal seminggu sebelumnya... . Kata bu Inge... . Tapi emang bener sih. Ya harusnya begitu.

Makanya, si bapak JK akhirnya tidak disambut gembira di ITB. Karena kedatangan si bapak ternyata bikin banyak hal tertunda dan terganggu. Dan ini bukan salahnya si bapak sih. Kalo menurut saya sih ini kesalahan ITB sebagai institusi yang menerima kehadiran JK. Masa' kampus mau ditutup ga bilang2 civitas akademika ITB. Kesian kan jadinya dosen yang mau ada ujian hari ini, kasian panitia UATM yang tertunda jadwalnya, kesian mahasiswa kaya saya yang mau main pingpong di himp. -ga penting!- Ya gitulah. Perasaan saya juga pas mau pinjem ruangan ke STEI harus seminggu sebelum hari H masukin surat. Lha apalagi ini, kampus ditutup seharian dari pagi sampe jam 3. Ya masa' kaya gitu aja musti diingetin... .

Nah, akhirnya mahasiswa2 yang tadi kumpul2 di taman ganesha pun meminta si bapak rektor untuk memberi penjelasan pada civitas akademika ITB -including dosen, karyawan dsb- perihal penutupan kampus hari ini. Semoga pak rektor mau ngobrol sama anak2nya yg ngerasa 'disingkirkan' dari rumah gara2 bapaknya mau nerima tamu. Kalo ngobrol aja susah apalagi...., apalgi...., apalagi.... . Banyak lah 'apalagi'nya.

Gitu deh. Kalo agenda politik laen sih saya mah ga ada kepentingan. Atau setidaknya ga terpikirkan apa yang perlu saya sampaikan ke pak JK. Paling cuma mau bilang, 'Pak, kenapa dipanggilnya JK? Biar ga dipanggil Ucup ya???' :p. Payah juga ya saya?? Yasudahlah.

Duh... dito koq blom dateng ya????


--
vocab:
* AI3 tuh voucher internetan di kampus, cuma 10rebu sebulan. Murah kan? Tapi jangan tanya bandwith dan speed aksesnya, nanti kamu kasihan sama kami. Ya, namanya jg murah. Bayar murah koq banyak maunya! :p

Monday, March 26, 2007

Kembali ke laptop....

Ok, harusnya gw lagi kumpul ma Bang Yov dan kawan kawan... Tapi apa boleh buat, kondisi tidak memungkinkan. Jadilah gw terdampar ke labdas 1 dengan harapan bisa browsing buat nyari artikel / jurnal tentang masalah pendidikan di Indonesia. Sedih euy.. dikit banget tulisan soal itu. Dari semua jurnal pendidikan yang terakreditasi sama diknas kita ternyata ga satupun punya website... Waduh, ga ada sarjana informatika ya di negeri ini? -padahal buat bikin website sih ga perlu juga jadi sarjana informatika-
Um, kita ga ngomongin soal itu.... . Kita juga nggak lagi ngomongin soal Tukul Arwana dan fenomena empat matanya yang entah kenapa sangat booming sekali. Ya, betul! Kita ngomongin soal laptop anggota dewan.
Gara gara Ronald pasang status ym tertentu, gw jadi tertarik untuk ngebahas juga soal laptop anggota dewan ini. Di republika online, ditulis bahwa tiap anggota dewan bakal dikasih laptop senilai 21 juta... . Waw.... . Katanya sih buat bantu anggota dewan untuk menyerap aspirasi.
Ok ok, ga ada yang salah dengan hal itu, namanya juga anggota dewan, harus tanggap teknologi dong. Betapa bagusnya kalo anggota dewan saat dia sedang menunggu pesawat trus membikin draft buat rapat dengan laptop aspirasinya.. wuih... keren lah. Ga masalah. Bagus koq membekali anggota dewan dengan laptop... . Tapi.... 21 juta? Walah walah.... .
Trus... gw coba nyari di internet.. trus ketemu lah sebuah laptop dengan spek sebagai berikut:
  • Rp. 16.348.400
  • Spec:Screen 12.1″ WXGA
  • Intel Core Duo 2Ghz
  • Memory 1GB DDR2
  • HardDisk 160GB

Wah... kelas berat lah... . Core duo gituh. hmm hmm.. itu juga baru 16 juta. Padahal menurut gw sih ga segitunya spek yang diperlukan buat 'menyerap aspirasi'. Ya, wifi perlu pasti. Pokoknya another wireless device, bapak2 dewan memang perlu. Tapi koq ya rasanya berlebihan amat sampe core duo segala. Jangan2 mau dipake buat maen Medieval Total War 2? -gw mau!!-

Padahal menurut gw investasi untuk alat elektronik tuh investasi yang buruk. Harganya akan turun terus seiring munculnya teknologi baru yang sayangnya memang sangat cepat sekali. Waktu saya masih TPB, flashdisk saya harganya 300 ribu, ukurannya 256 mb, rasanya luas..... banget! Sekarang dengan 100 ribu perak flash disk 1 giga pun dapet! Ck ck ck ck.... .

Sudah lah, nggak ngerti gw dengan anggota dewan ini. Ada 550 anggota dewan, kalo tiap kepala dikasih laptop 21 juta... kalo 550 * 21.000.000, wah.. ngebayangin angka 0 nya aja udah ngeri. Wakil rakyat seharusnya merakyat..... .

Monday, March 05, 2007

Maka terjadilah

Seharusnya gw lagi ngerjain tugas Progin nih, tapi ga ada yang dateng. Yasudahlah. Mending posting aja. Bagian dari kamapanye menulis? Hmm, tepatnya bukan tulisan kaya gini sih yang jadi bagian dari kampanye menulis nanti. Tapi gapapa lah. Nulis yang ringan2 dulu aja... .

Seperti kata Sila di komentar postingan sebelumnya: 114 amanah. Nggak segitu juga sih, sebenernya ya lebih dari 114. Gimana juga sekarang amanah buat ngebawa himp dari seluruh anggota harus gw emban. It's gonna be a long year. Semoga bisa tetap amanah dan semoga bisa tetap tersenyum... -thanks for my best friend who send that message to me-.

Selanjutnya apa?

Ya... ngejalanin program kerja demi mencapai visi dan misi tentunya. Dua hal besar: GDK dan budanya menulis harus jalan. Hmm.... harus kerja keras. Um.. tiba2 ada ide. Sebenernya bukan murni ide gw, tepatnya sih ide Ade IF tapi gw coba poles dikit dan kemudian diselaraskan dengan kebutuhan pencapaian visi misi tahun ini. Gimana kalo sekre 2 dijadiin ruang rekreasi?

Maksud?

Iyah, ruang rekreasi. Jadinya kegiatan anak2 himp yang berbau 'rekreasi' difasilitasinya di sekre 2 aja. Kenapa? Karena sekre 2 lebih luas dan lebih nyaman serta lebih sehat -ventilasinya terutama-. Kebayangnya gini: tv angkut keatas, jajanan taro diatas, kulkas juga, komputer yang buat senang2 taro diatas, dan yang terpenting... perpus taro diatas! Kan bagian dari kampanye menulis ya dengan memberdayakan perpus. Lha gimana mau nulis kalo ga punya refrensi? Makanya perpus bukunya harus lengkap. Itu satu hal. Yang lebih penting lagi: tempat yang pe we buat membaca harus ada. Dan itu ga ada di sekre bawah... . Sempit gitu.. . Pinginnya sih nanti sekre bawah jadi tempat buat yang formal2 aja, misal nerima tamu, rapat DE, rapat DPP, nerima hearing calon presiden... -hmm tercium aroma2 politik disini...-

Gimana yak?

Sejauh yang gw tanyain sih kebanyakan jawab: "sekre dua kan jauh..... ." Iya ya... . Jauh euy! Tapi kita lihat saja perkembangannya nanti. Masih banyak yang harus ditanya tanya.

Hmm... truly, I didn't expect I'll go this far. But now I've got this far.... so be it. -ah... benci sekali harus mengungkapkan dengan bahasa orang lain!!!-

Thursday, March 01, 2007

It's been a while

Wah.. ternyata udah lama gila gw ga nulis di blog! Kenapa ya? Let say... karena ikutan pemira, lantas mundur dan nyalon jadi kahim, hearing2 dan kampanye serta tugas2 kuliah yang tiada henti dan mulai BLBH. Terutama IF3221.

Koq jadi berkeluh kesah gini... Yasudahlah ya... . Sebenernya sih mau nulis sesuatu tentang pemilu di hmif... . Tapi ntar dihitung sebagai kampanye lagi? Ga lah ya... . Pure karena gw perlu nulis aja. Mumpung masih berlangsung event-nya.

Hmm.... progress nya adalah, sekarang masih pemungutan suara nih. Agak lupa juga sampe tanggal berapa. Ya, pokoknya minggu ini beres lah.

Secara overall -contoh penggunaan kata 'secara' yang baik dan benar-, pemilu kali ini jauh lebih baik daripada pemilu pemilu sebelumnya di HMIF. Um... kenapa? Ya.. panpelnya lebih rapi kerjanya, pelanggaran ditindak dengan lebih transparan, regulasi dijalankan dengan lebih tegas -misalnya soal hearing, mulainya tepat waktu kecuali hearing terakhir-, lebih niat lah. Trus, massa juga lebih banyak yang dateng ke hearing -dibandingkan pada pemilu2 sebelumnya yg gw tau-, meskipun kalau dikomparasi dengan jumlah anggota biasa HMIF secara keseluruhan ya hitungannya masih sedikit... .

Ya, cuma yang mengganggu gw sih itu aja. Sedikitn orang yang mau dateng ke hearing. Iya sih, dateng hearing emang bukan kewajiban anggota biasa -menurut AD/ART-. Tapi kan, gimana mau maju kalo gini terus. Bayangin aja, kalo ruang 7601 penuh, itu baru sekitar 60 orang dateng. Anggota biasa HMIF ada 98 + 128 + 93 + 39 + 10 = segitulah. Kayanya 300 mah lewat. 360 lah ya.... . Berarti cuma seperenam anggota biasa yang hadir. 5/6 yang lain?

Yang menjadi masalah adalah, siapa pun kahim terpilih nanti -termasuk mungkin gw-, hanya sekitar 60 orang yang bener2 tahu -melalui hearing2 tadi- mau dibawa kemana himpunan selama satu periode kepengurusan. Bagus kalo ada media lain yang bisa membuat orang tahu soal 'mau kemana sang kahim membawa himpunan ini'. Lha, masalahnya, media kampanye emang terbatas. Apa si yang bisa didapet orang dari standing figure dan foto2? Terlebih lagi, emang komunikasi verbal langsung lah yang paling efektif buat orang untuk memahami sang calon: karakteristiknya, pembawaannya, bagaimana dia bersikap dalam kondisi tertekan, dan yang paling penting: mau kemana dia bawa himpunan.

Hmm... terbersit ide gimana kalo tahun depan cuma yang dateng hearing yang boleh milih??? Haha, kita lihat saja komentar buat postingan ini.

Oiya, lupa, ada hal bagus lainnya dari pemilu kali ini: tur cakahim. Makasi banget buat panpel deh atas 10 menit yang berharga banget di tiap kelas tur. Tengkyu2. Fitur pemilu yang satu itu perlu banget untuk dipertahankan...

Anyway, ini bukan media kampanye kan, panpel? Dari tadi gw menyoroti soal pelaksanaan pemilunya aja kan?? Hwehehe.