Saturday, February 09, 2008

Should We Really Celebrate New Year?

Baru – baru ini saya senang menonton serial “How I Met Your Mother”. Diluar kenyataan bahwa serial tersebut sangat tidak “ketimuran”, tapi serial ini sungguh lucu dan cukup “smart”. Dan… satu hal yang saya sangat senangi adalah, serial ini ternyata sepakat dengan saya dalam satu hal: New Year’s Eve sucks!

Karena itulah, suatu kali saya memasang status pada instant messenger saya: “should we really celebrate new year?”. Dan sebuah jawaban menarik datang dari seorang rekan,

“Ya nggak lah. Ngapain? Tapi…. ada bagusnya lho kita punya system penanggalan kaya’ gini, you could make new year as checkpoint to review and preview your life!”

Waha! Menarik sekali ini! Well…. Sebagai makhluk yang sangat dependen terhadap waktu, tentunya memang kita butuh patokan, checkpoint kalau kata teman saya. Sistem akademis saja menatapkan tanggal – tanggal tertentu untuk mereview pelaksanaan belajar mengajar (dalam bentuk UAS, UN, EBTANAS?). Perusahaan pun menetapakan waktu untuk membuat preview (dalm bentuk rencana anggaran bulanan, tahunan?). Mungkin saya juga harus mencobanya… .

Well… should thanks Astrid Dita so much for this thought. Demi kenyamanan pembacaan di blog dan demi membuat blog saya nampak banyak post, saya bagi saja preview tahunan saya pada post lain.

Hmm… sengaja saya ambil dari judul lagu Padi, untuk mengembalikan khittah blog ini sebagai blog yang bertajuk “Thoughts, Rhythm and Puzzle”… I’ve missed the rhythm for so long now. Dan jangan khawatir, Anda tidak akan menemukan diary online pada kedua post tersebut, semoga. :D . Masih mencoba memposisikan blog ini sebagai sarana berbagi ide dan pemikiran koq… . :)

No comments: